NEWS
DETAILS
Sabtu, 06 Mar 2021 11:08 - Honda Community Bali

 Setiap jengkal di jalan raya kuta hingga pantai kuta berseliweran turis mancanegara dari berbagai penjuru dunia. Ada yang sekedar jalan-jalan , membeli cinderamata khas kuta, ada yang asyik mengobrol dengan pedagang lokal, dan lain-lain. Tak jarang jalan ini hanya sepi saat subuh atau menjelang pagi saja karena hampir 24 jam jalanan ini akan padat oleh travel yang mengantar wisawatan dari dan ke bandara, taksi yang mencari penumpang, atau para wisatawan yang menggunakan sepeda motor rental. Ketika pandemi dikabarkan masuk Indonesia di bulan maret 2020 , bali masih seperti biasa dengan keadaan normal, hal tersebut berubah ketika beberapa Negara menutup pintu akses transportasi udara dari dan ke Indonesia khususnya bali. Bali terkena dampaknya perlahan-lahan ditandai dengan berkurangnya wisatawan ke bali. Satu tahun sudah berlalu, tak ada wisatawan asing datang ke Bali membuat hotel kosong dan obyek wisata sepi. Kondisi ini tercermin dari lengangnya jalanan di kawasan Kuta, Badung, Bali.

Misalnya di Jalan Bakung Sari, Kuta, deretan pertokoan banyak yang tutup. Jalanan lenggang dan tak ada lalu lalang wisatawan berjalan kaki seperti biasanya. "Ini pertokoan pada tutup semua, kontrak abis ya karena tamu asing emang enggak ada. Dulu jalan ini macet, parkir aja gak bisa. Ini jalanan lengang satu arah jadi dua arah," kata Toni Pitoyo, kepala sebuah toko retail di kawasan Jalan Bakung Sari, Rabu (3/4/2021). Toni mengatakan kondisi semacam ini sudah terjadi sejak April 2020. Hingga saat ini belum ada tanda-tanda akan adanya pemulihan ekonomi. Di sudut lain Jalan Bakung Sari, sebuah art shop "Pustaka" tampak buka. Toko tersebut dijaga Kadek Oka yang saat itu sedang membersihkan barang jualannya. Ia mengaku membuka toko hari itu karena ingin bersih-bersih. Sebab, tak akan ada pelanggan yang masuk ke tokonya untuk membeli barang seni di pajangannya. "Sepi sekali, enggak ada tamu ini hanya bersih-bersih saja. Sudah enggak ada pemasukan sejak pandemi itu," katanya saat ditemui. Ia mengatakan kondisi ini karena tokonya mengandalkan wisatawan asing dan domestik sebagai pelanggan. "Nol, kosong. Dari April sehabis lockdown itu, ya hampir setahun yang pastinya hampir setahun," katanya. Kini untuk memeroleh pemasukan, Oka bekerja mengumpulkan minyak goreng bekas yang kemudian dijual ke pengepul. Kadang dia pulang ke Jembrana untuk membantu keluarganya mengerjakan garapan lahan pertanian.

Pantai Kuta yang berjarak sekitar 5 menit dari Jalan Bakung Sari juga nampak lenggang. Begitu juga dengan parkiran yang biasanya penuh. Pengunjung di pantai juga tak banyak seperti biasanya. Hal ini dikeluhkan oleh Wayan Tantri (65), tukang pijat keliling di Pantai Kuta. Tantri yang menjadi tukang pijat sejak 20 tahun silam ini mengaku kondisi kali ini terparah dibandingkan dengan adanya kejadian Bom Bali I, Bom Bali II, hingga erupsi Gunung Agung. "Dulu masih ada tamu meski ada bom dan erupsi, sekarang anjlok sama sekali," katanya di Pantai Kuta. Ia mengatakan, dulu dia bisa memijat minimal tiga pelanggan dalam sehari. Sekarang sehari belum tentu ada pelanggan. Jika ada, tarifnya ia turunkan dari yang sebelumnya Rp 50.000 tiap 30 menit menjadi Rp 30.000 per 30 menit. "Turis gak ada supaya bisa makan aja. Sehari kadang Rp 20.000 sampai Rp 50.000," katanya.

Kondisi ini juga dialami oleh anak-anaknya yang bekerja di sektor pariwisata. Mereka di rumahkan dari tempatnya bekerja dan mengisi kesibukan dengan menjual bunga hingga makanan. Tantri berharap pandemi segera berakhir dan ekonomi Bali kembali bergerak.

Hal tersebut yang menggugah para Rider Honda Forza Club Indonesia saat mengadakan Anniversary mereka yang ke – 2 di bali, para rider ingin bali seperti dulu kembali, dengan cara berkunjung ke bali dengan menggunakan fasilitas di daerah yang berdampak parah seperti menginap di hotel di seputaran kuta, makan di seputaran jimbaran walau sedikit namun berkontribusi menggerakkan perekonomian di daerah tersebut. Bakti sosial kepada masyarakat Kuta yang berdampak menggerakkan hati para rider untuk berkontribusi lebih karena rasa cinta mereka dengan bali yang tidak sedikit mereka merasakan pesona Bali saat touring keliling bali kemarin (26/2/2021). Harapan para Rider Honda Forza Club Indonesia dari bantuan ini memberi semangat serta support moral kepada masyarakat yang berdampak untuk bangkit kembali dan selalu berjuang bersama-sama mengatasi pandemi ini.
 

~sumber data:https://regional.kompas.com/image/2021/03/05/052000478/setahun-pandemi-covid-19-pariwisata-bali-porak-poranda-mampukah-kembali?page=1

 

RELATED
NEWS
TOP 5 NEWS
TWITTER
FACEBOOK